BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bumi adalah sumber segala
jenis kekayaan alam yang sampai sekarang belum terjamah oleh manusia secara
keseluruhan. Dewasa ini, tidak sulit untuk menemukan kandungan dalam bumi yang
pada prinsipnya tidak bisa dilihat oleh kasat mata. Sedangkan kebutuhan manusia
terhadap jenis material dalam tanah sekarang ini tidak bisa dihindari lagi,
maka untuk menyelesaikan masalah masalah tersebut,
perlu dilakukan studi ke-geofisika-an. Penelitian ini merupakan suatu studi
geofisika yang menerapkan metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner.
Geolistrik adalah salah
satu metode geofisika yang digunakan untuk menginterpretasi bawah permukaan
tanah dengan menggunakan konsep fisika dan tanpa merusak material-material
tersebut. Prinsip kerja geolistrik adalah mengukur tahanan jenis dengan
mengalirkan arus listrik ke dalam batuan atau tanah melalui elektroda arus.
Kemudian arus diterima oleh elektroda potensial dengan menganggap bumi sebagai
resistor. Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger
pada tahun 1912. Metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner merupakan
salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan
batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC
(‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus
listrik ini menggunakan 2 buah elektroda Arus A dan B yang ditancapkan ke dalam
tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
1.2
Tujuan
1.
Memahami prinsip hukum OHM.
2.
Memahami cara menginterpretasi material yang terkandung di bawah permukaan
tanah.
3. Mengetahui perbedaan resistivitas (tahanan
jenis) di bawah permukaan bumi.
1.3
Lokasi Survey
Penelitian ini dilakukan di lapangan sepak bola Universitas Riau,
Pekanbaru
Bab II
LANDASAN TEORI
Bumi ini
terdiri dari berbagai macam lapisan. Lapisan itu juga terdiri dari berbagai
macam kandungan seperti batuan, mineral dan tanah. Batuan dan mineral yang ada
di bumi memiliki sifat-sifat listrik seperti; potensial listrik alami,
konduktivitas listrik, dan konstanta dielektrik. Ada berbagai metode yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan tanah. Salah satunya adalah
metode geolistrik. Metode ini dapat dijadikan cara untuk menyelidiki sifat
listrik di dalam bumi melaui respon yang ditangkap dari dalam tanah berupa beda
potensial, arus listrik, dan medan elektromagnetik. Salah satu dari metode
geolistrik ini adalah metode tahanan jenis.
Pengertian Metode Geolistrik Resistivitas (Tahanan Jenis)
Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode yang cukup banyak
digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena
resistivitas dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya dimana bumi
dianggap sebagai sebuah resistor. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan
jenis adalah salah satu dari jenis metode geolistrik yang digunakan untuk
mempelajari keadaan di bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran
listrik di bawah permukaan bumi.
Metode
resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300 – 500 m.
Prinsip dalam metode ini yaitu, arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui
dua elektroda arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik,
dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik
ukur.
Konsep Resistivitas Semu
Dengan
mengetahui arus yang diinjeksikan dan mengukur beda potensial di sekitar tempat
arus diinjeksikan, maka nilai tahanan jenis tanah dapat diperoleh. Nilai
tahanan jenis yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut sebagai apparent
resistivity atau resistivitas semu. Metode ini mengasumsikan bahwa bumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Dalam kondisi yang sesungguhnya, tanah
bersifat tidak homogen karena bumi terdiri atas lapisan – lapisan dengan p yang
berbeda beda, sehingga nilai resistivitas yang kita peroleh merupakan nilai
resistivitas yang mewakili nilai resistivitas seluruh lapisan yang terlalui
oleh garis ekuipotensial. Metode resistivitas ini sering dimanfaatkan dalam
dunia eksplorasi untuk beberapa keperluan antara lain untuk pencarian reservoir
geothermal dan ekplorasi air tanah.
Teori Dasar Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Teori utama dalam metoda resistivity sesuai dengan hukum Ohm yaitu arus
yang mengalir (I) pada suatu medium sebanding dengan tegangan (V) yang terukur
dan berbanding terbalik dengan resistansi (R). Dimana R merupakan Resistansi,
yang sebanding dengan panjang medium yang dialiri (x), dan berbanding terbalik
dengan luas bidang (A).
Prinsip kerja
geolistrik adalah mengukur resistivity (tahanan jenis) dengan mengalirkan arus
listrik ke dalam tanah melalui elektroda arus (Current Electrode), kemudian
arus diterima oleh elektroda potensial dengan menganggap bumi sebagai resistor.
Beda potensial antara dua elektroda tersebut diukur dengan voltmeter dari harga
pengukuran tersebut dapat dihitung tahanan jenis dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
K = 2
K = 2 . (phi)
. a
ρ = K
ρ
= K (∆V/I)
keterangan :
ρ = tahanan jenis (Ohm)
K = faktor
koreksi geometri
V = beda
potensial (V)
I = kuat Arus
(A)
Arah penjalaran
arus dengan dua titik injeksi di permukaan bumi sebagai material homogen isotropic.
Gambar 3.1 Pola
Aliran Arus dan Bidang Equipotensial
Terdapat
beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam metode Geolistrik. Pada
eksperimen ini menggunakan wenner yaitu untuk menginterpretasi lapisan bawah
tanah secara mapping.
Konfigurasi-Konfigurasi dalam Metode Geolistrik
Tahanan Jenis
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya
yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi
elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu
konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda
perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis
batuan di bawah permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan
metoda favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan
batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen
sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi
lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat
berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data
geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi
homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada
lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang
terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam
yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous
Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan
batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi
menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang
berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan
tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi
Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif
pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang
pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang
terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini
hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada
tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat
menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan
listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB.
Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter
dengan akurasi tinggi.
1.
Konfigurasi Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah
ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang
relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB.
Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih
kecil.
Gambar 3.2 Konfigurasi wenner
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi
homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil
perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk
menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan
menjadi kurang akurat.
2.
Konfigurasi Schlumberger
Gambar 3.3 Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat
sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi
karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif
besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih
besar dari 1/5 jarak AB.
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah
pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak
AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai
karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay
tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain
diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang
sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini
adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi
perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa
dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga
diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda
AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian
kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah
tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20.
Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai
alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat
besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur
pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
3.
Konfigurasi Dipole-dipole
Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang dapat
digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada konfigurasi
Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk
potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi
penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1
terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan
satu elektrode arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode arus C2
ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi
terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala
laboratorium yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode
potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi
masing-masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan
elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian
pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh
pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran
elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.
BAB III
METODE PENGUKURAN
Pengukuran geolistrik ini dilakukan pada sebuah lintasan. Dimana
lintasan ini memiliki panjang 50 meter, yang masing-masing berjarak mulai dari
2 m - 16 m.
Adapun alat dan bahan yang digunakan:
1. 4 buah elektroda (2
elektroda buah arus dan 2 buah elektroda potensial)
2. Aki motor (12V)
3. Kabel listrik (50 m)
4. Amperemeter
5. Voltmeter
6. Meteran
7. Alat-alat tulis
8. Laptop beserta software
pendukung seperti : Res2Dinv, Notepad, dll.
Gambar 3.1 alat-alat yang
digunakan dalam percobaan
Langkah Percobaan :
Terlebih dahulu yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan alat-alat yang
akan digunakan dalam percobaan ini. Kemudian pasang meteran pada daerah yang
akan digunakan untuk eksperimen kemudian patok pada setiap ujungnya. Setelah
itu, pasang elektroda arus (AB) dan elektroda potensial (MN) diawali dengan
jarak terdekat yang telah disiapkan pada tabel pengukuran. Kemudian untuk
pengukuran yang kedua dan seterusnya memindahkan elektroda arus dan elektroda
potensial yang dilakukan secara bersama-sama dengan jarak yang sama pada setiap
elektroda. Setelah itu, aki 12 volt dihubungkan pada rangkaian. Kemudian
setelah semua tersambung selanjutnya mengambil data yaitu catat arus (I) dan beda potensial (∆V).
Parameter yang diukur :
1. Jarak
antara elektroda-elektroda (AB dan MN)
2. Arus (I)
3. Beda
Potensial (∆ V)
Parameter yang dihitung :
1. Faktor geometrik (K)
2. Tahanan jenis semu (ρ )
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel Data Hasil Percobaan
NO.
|
AB
(m)
|
MN
(m)
|
I
(Ampere)
|
∆V
(Volt)
|
K
|
Ρ
|
1
|
2
|
6
|
0,00035
|
0,39
|
13995,42857
|
15594906,12
|
2
|
2
|
6
|
0,0002
|
0,1
|
6280
|
3140000
|
3
|
2
|
6
|
0,000107
|
0,23
|
26998,13084
|
58033365,36
|
4
|
2
|
6
|
0,000328
|
-17,7
|
-677780,4878
|
36575349494
|
5
|
2
|
6
|
0,000386
|
0,33
|
10737,82383
|
9180004,832
|
6
|
2
|
6
|
0,00027
|
0,49
|
22794,07407
|
41367023,32
|
7
|
2
|
6
|
0,000182
|
0,51
|
35195,6044
|
98625045,28
|
8
|
2
|
6
|
0,000285
|
0,37
|
16305,96491
|
21169147,43
|
9
|
2
|
6
|
0,000293
|
0,12
|
5144,027304
|
2106768,862
|
10
|
2
|
6
|
0,0003
|
0,31
|
12978,66667
|
13411288,89
|
11
|
2
|
6
|
0,000307
|
0,09
|
3682,084691
|
1079438,509
|
12
|
2
|
6
|
0,000345
|
-5,3
|
-192950,7246
|
2964170552
|
13
|
2
|
6
|
0,000226
|
0,73
|
40569,9115
|
131044404,4
|
14
|
2
|
6
|
0,000308
|
0,11
|
4485,714286
|
1602040,816
|
15
|
2
|
6
|
0,000325
|
0,20
|
7729,230769
|
4756449,704
|
16
|
2
|
6
|
0,00023
|
0,42
|
22935,65217
|
41882495,27
|
17
|
2
|
6
|
0,00028
|
0,59
|
26465,71429
|
55767040,82
|
18
|
2
|
6
|
0,000158
|
0,41
|
32592,40506
|
84575228,33
|
19
|
2
|
6
|
0,000232
|
0,40
|
21655,17241
|
37336504,16
|
20
|
2
|
6
|
0,000151
|
0,06
|
4990,728477
|
1983070,918
|
21
|
2
|
6
|
0,000333
|
0,77
|
29042,64264
|
67155660,16
|
22
|
2
|
6
|
0,000355
|
0,69
|
24412,39437
|
47449442,57
|
23
|
2
|
6
|
0,000362
|
0,55
|
19082,87293
|
28993315,22
|
24
|
2
|
6
|
0,000356
|
0,404
|
14253,48315
|
16175301,1
|
25
|
2
|
6
|
0,000234
|
0,65
|
34888,88889
|
96913580,25
|
26
|
4
|
12
|
0,000146
|
0,77
|
132482,1918
|
698707449,8
|
27
|
4
|
12
|
0,000265
|
-2,4
|
-227501,8868
|
2060394446
|
28
|
4
|
12
|
0,0002
|
1,01
|
126856
|
640622800
|
29
|
4
|
12
|
0,000314
|
0,96
|
76800
|
234802547,8
|
30
|
4
|
12
|
0,00062
|
0,47
|
19042,58065
|
14435504,68
|
31
|
4
|
12
|
0,000136
|
0,39
|
72035,29412
|
206571799,3
|
32
|
4
|
12
|
0,00012
|
0,48
|
100480
|
401920000
|
33
|
4
|
12
|
0,000372
|
0,53
|
35789,24731
|
50990056,65
|
34
|
4
|
12
|
0,000297
|
0,66
|
55822,22222
|
124049382,7
|
35
|
4
|
12
|
0,000157
|
0,79
|
126400
|
636025477,7
|
36
|
4
|
12
|
0,000205
|
0,67
|
82099,5122
|
268325235
|
37
|
4
|
12
|
0,000129
|
0,51
|
99311,62791
|
392627366,1
|
38
|
6
|
18
|
0,000225
|
0,001
|
167,4666667
|
744,2962963
|
39
|
6
|
18
|
0,000199
|
-3,1
|
-586974,8744
|
9143829701
|
40
|
6
|
18
|
0,00026
|
0,023
|
3333,230769
|
294862,7219
|
41
|
6
|
18
|
0,00034
|
0,75
|
83117,64706
|
183347750,9
|
42
|
6
|
18
|
0,00052
|
0,88
|
63766,15385
|
107911952,7
|
43
|
6
|
18
|
0,00037
|
0,68
|
69249,72973
|
127269773,6
|
44
|
6
|
18
|
0,0004
|
0,008
|
753,6
|
15072
|
45
|
6
|
18
|
0,00043
|
0,89
|
77988,83721
|
161418756,1
|
46
|
8
|
24
|
0,00039
|
0,42
|
54104,61538
|
58266508,88
|
47
|
8
|
24
|
0,00038
|
0,11
|
14543,15789
|
4209861,496
|
48
|
8
|
24
|
0,00031
|
O,71
|
115065,8065
|
263537814,8
|
49
|
8
|
24
|
0,00065
|
0,49
|
37873,23077
|
28550589,35
|
50
|
8
|
24
|
0,00038
|
0,23
|
30408,42105
|
18405096,95
|
51
|
8
|
24
|
0,00033
|
0,55
|
83733,33333
|
139555555,6
|
52
|
10
|
30
|
0,00046
|
0,89
|
121504,3478
|
235084499,1
|
53
|
10
|
30
|
0,00031
|
0,67
|
135729,0323
|
293349843,9
|
54
|
10
|
30
|
0,00037
|
-7,2
|
-1222054,054
|
23780511322
|
55
|
10
|
30
|
0,00038
|
0,31
|
51231,57895
|
41794182,83
|
56
|
10
|
30
|
0,0003
|
-1,3
|
-272133,3333
|
1179244444
|
57
|
12
|
36
|
0,00023
|
0,44
|
144166,9565
|
275797656
|
58
|
12
|
36
|
0,00036
|
0,54
|
113040
|
169560000
|
59
|
12
|
36
|
0,00035
|
0,40
|
86125,71429
|
98429387,76
|
60
|
12
|
36
|
0,00039
|
0,43
|
83089,23077
|
91611203,16
|
61
|
14
|
42
|
0,00049
|
0,50
|
89714,28571
|
91545189,5
|
62
|
14
|
42
|
0,0001
|
0,55
|
483560
|
2659580000
|
63
|
14
|
42
|
0,00021
|
0,74
|
309813,3333
|
1091723175
|
64
|
16
|
48
|
0,00056
|
0,43
|
77154,28571
|
59243469,39
|
65
|
16
|
48
|
0,00070
|
0,03
|
4306,285714
|
184555,102
|
66
|
16
|
48
|
0,0003
|
0,13
|
43541,33333
|
18867911,11
|
Keterangan data
:
AB = Jarak
Terpendek Elektroda
MN = Jarak
Terpanjang Elektroda
K = Faktor
Geometri
ρ = resistivitas Semu
4.2 Peta Topografi
4.3 Pembahasan
Resistivitas semu (Apparent Resistivity)
dipengaruhi oleh jenis batuan yang berada di bawah permukaan. Apabila batuannya
lebih berongga maka nilai resistivitasnya besar, sedangkan apabila batuan lebih
kompak maka nilai resistivitasnya akan lebih kecil. Batuan yang lebih kompak
akan lebih mudah mengalirkan arus daripada batuan yang berongga, sehingga nilai
resistivitas batuan yang kompak akan lebih kecil. Resistivitas terhadap kedalaman
tidak dapat kita peroleh hubungan secara langsung, karena masih tergantung dari
jenis batuan yang dikandung di bawah permukaannya. Pada umumnya semakin ke
dalam permukaan bumi maka batuan akan semakin kompak. Oleh karena itu
resistivitas akan semakin kecil.
Dari hasil pengolahan data dengan
software res2dinv, didapat gambar yang mempunyai warna berbeda-beda. Setiap
warna mempresentasikan resistivitas yang berbeda-beda. Dari yang paling kecil
resistivitasnya berwarna biru, sampai yang paling besar berwarna ungu. Berarti
dapat diartikan bahwa lapisan yang paling atas terdiri dari bahan yang apabila
diinjeksikan arus maka dia akan lebih menghambat arus tersebut. Bahan tersebut
adalah batuan yang lebih keras dibandingkan dengan batuan yang berada di lapisan
di bawahnya.
Bila kita interpretasikan, warna
biru langit adalah tanah liat biasa, warna biru muda adalah tanah liat London,
warna hijau adalah kumpulan batuan sedimen, warna hijau tua adalah tanah biasa
dengan kelembaban 50%, warna kuning adalah tanah liat dengan kelembaban 20%,
warna jingga ke merah adalah tanah liat campur kerikil, dan warna ungu adalah
pasir dengan kelembaban 90%. BIla dilihat dan diinterpretasikan secara logika
cukup masuk akal, karena resistivitas suatu materi semakin kecil bila keadaannya
basah dan semakin besar bila keadaannya kering.
Bab V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapar mengetahui
bagaimana kondisi di bawah permukaan dapat ditentukan dengan melihat nilai
resistivitasnya. Semakin besar nilai resitivitasnya maka arus semakin sulit
mengalir. Batuan yang berpori dan berongga memiliki resistivitas yang tinggi
dibandingkan batuan yang kompak. Resistivitas bergantung terhadap jenis batuan
yang ada di bawah permukaan. Semakin dalam permukaan nilai resistivitas semakin
kecil. Jarak antara elektroda yang semakin renggang, maka semakin dalam
resistivitas yang dapat diukur di bawah permukaan.
5.2 Saran
5.3 Daftar Pustaka
1. Viridi S
Hilfan K, dkk.1995. Fisika Bumi Jurusan
Fisika.Bandung : ITB Bandung
2. Kanata,
Bulkis, dan Teti Zubaidah.2008. Aplikasi
Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner Schlumberger Untuk Survey
Pipa Bawah Permukaan Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik. Mataram : Universitas Mataram
5.3 Lampiran
0 komentar:
Posting Komentar