Dahulu kala, Mars dipercaya memiliki atmosfer tebal dan lumayan kaya oksigen. Namun kini, lapisan gas itu hilang, atau setidaknya tersisa sangat sedikit.
Para astrofikawan meyakini bahwa atmosfer planet merah itu dirampas. Dalam penelitian terbaru, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap bahwa tersangka perampas atmosfer Mars itu adalah bintang induknya sendiri, Matahari.
Fakta itu terungkap lewat penelitian wahana Mars Atmosphere and Volatile Evolution Mission (MAVEN) yang mengorbit Mars sejak 21 September 2014 lalu.
MAVEN menyelam ke dalam atmosfer Mars yang kini tinggal 1 persen dari sebelumnya dan menganalisis fenomena yang terjadi ketika badai Matahari menghantam.
Badai matahari yang membawa partikel bermuatan akan memicu terbentuknya medan listrik di atmosfer Mars, membuat ion di atmosfer planet merah itu mengalami percepatan gerak.
Proses itu akhirnya membuat ion dan senyawa penyusun atmosfer Mars langsung ditendang ke angkasa atau berubah menjadi bentuk lain sebelum akhirnya juga hilang.
Jasper Halekas dari University of Iowa yang terlibat proyek penelitian MAVEN mengatakan, hilangnya atmosfer Mars itu tak terjadi sekonyong-konyong tetapi lewat proses 4,5 miliar tahun.
"Kami menemukan, ada sekitar 100 gram atmosfer yang hilang setiap detiknya," ungkap Halekas seperti dikutip BBC pada Kamis (5/11/2014).
Ilmuwan juga secara khusus meneliti efek lontaran massa korona (CME) yang menghantam Mars tahun ini. Lontaran massa korona adalah ledakan aliran partikel bermuatan yang bergerak lebih cepat dari badai matahari biasa.
Ketika lontaran massa korona itu menghantam Mars, kecepatannya 10-20 kali lebih cepat dan mampu merampas lebih banyak atmosfer.
Halekas menuturkan, badai matahari pada masa-masa awal tata surya lebih ganas dari saat ini sehingga mampu merampas lebih banyak atmosfer.
"Itu menunjukkan bukan hanya bahwa atmosfer Mars terus dirampas saat ini dan sepanjang waktu, tetapi juga bahwa sebagian besar atmosfer telah hilang pada masa-masa awal Mars," ungkap Halekas.
Jika saja Mars memiliki persai medan magnet, badai matahari takkan mampu merampas atmosfernya. Sayangnya, "dinamo" yang membentuk perisai medan magnet Mars tak berfungsi beberapa juta tahun setelah kelahirannya.
Untungnya, Bumi hingga kini memilki medan magnet itu. Kalau tidak, oksigen Bumi juga akan dirampas dan pelan-pelan kita akan punah. Memiliki medan magnet, badai matahari justru memicu munculnya fenomena indah, aurora.
Para astrofikawan meyakini bahwa atmosfer planet merah itu dirampas. Dalam penelitian terbaru, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap bahwa tersangka perampas atmosfer Mars itu adalah bintang induknya sendiri, Matahari.
Fakta itu terungkap lewat penelitian wahana Mars Atmosphere and Volatile Evolution Mission (MAVEN) yang mengorbit Mars sejak 21 September 2014 lalu.
MAVEN menyelam ke dalam atmosfer Mars yang kini tinggal 1 persen dari sebelumnya dan menganalisis fenomena yang terjadi ketika badai Matahari menghantam.
Badai matahari yang membawa partikel bermuatan akan memicu terbentuknya medan listrik di atmosfer Mars, membuat ion di atmosfer planet merah itu mengalami percepatan gerak.
Proses itu akhirnya membuat ion dan senyawa penyusun atmosfer Mars langsung ditendang ke angkasa atau berubah menjadi bentuk lain sebelum akhirnya juga hilang.
Jasper Halekas dari University of Iowa yang terlibat proyek penelitian MAVEN mengatakan, hilangnya atmosfer Mars itu tak terjadi sekonyong-konyong tetapi lewat proses 4,5 miliar tahun.
"Kami menemukan, ada sekitar 100 gram atmosfer yang hilang setiap detiknya," ungkap Halekas seperti dikutip BBC pada Kamis (5/11/2014).
Ilmuwan juga secara khusus meneliti efek lontaran massa korona (CME) yang menghantam Mars tahun ini. Lontaran massa korona adalah ledakan aliran partikel bermuatan yang bergerak lebih cepat dari badai matahari biasa.
Ketika lontaran massa korona itu menghantam Mars, kecepatannya 10-20 kali lebih cepat dan mampu merampas lebih banyak atmosfer.
Halekas menuturkan, badai matahari pada masa-masa awal tata surya lebih ganas dari saat ini sehingga mampu merampas lebih banyak atmosfer.
"Itu menunjukkan bukan hanya bahwa atmosfer Mars terus dirampas saat ini dan sepanjang waktu, tetapi juga bahwa sebagian besar atmosfer telah hilang pada masa-masa awal Mars," ungkap Halekas.
Jika saja Mars memiliki persai medan magnet, badai matahari takkan mampu merampas atmosfernya. Sayangnya, "dinamo" yang membentuk perisai medan magnet Mars tak berfungsi beberapa juta tahun setelah kelahirannya.
Untungnya, Bumi hingga kini memilki medan magnet itu. Kalau tidak, oksigen Bumi juga akan dirampas dan pelan-pelan kita akan punah. Memiliki medan magnet, badai matahari justru memicu munculnya fenomena indah, aurora.
0 komentar:
Posting Komentar