Laporan Praktikum Fisika Modern
JEMBATAN WHEATSTONE
DISUSUN
OLEH :
Nama
: Dila Yolanda
Nim
: 1303112164
Kelas
: Fisika-B
Dosen
Pembimbing : Drs. Antonius Surbakti
Laboratorium
Fisika Modern Jurusan Fisika
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Riau
2015
Jembatan
Wheatstone
TUJUAN
- Menentukan hambatan total pada rangkaian jembatan.
TEORI
A. Jembatan Wheatstone
Menurut Suryatmo 1974, Jembatan Wheatstone adalah
suatu alat pengukur, alat ini dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif kecil
sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kartsluiting dan
sebagainya.
Menurut Pratama 2010, Jembatan Wheatstone merupakan
suatu susunan rangkaian listrik untuk mengukur suatu tahanan yang tidak
diketahui harganya (besarannya). Kegunaan dari Jembatan Wheatstone adalah untuk
mengukur nilai suatu hambatan dengan cara arus yang mengalir pada galvanometer
sama dengan nol (karena potensial ujung-ujungnya sama besar). Sehingga dapat
dirumuskan dengan perkalian silang. Cara kerjanya adalah sirkuit listrik dalam
empat tahanan dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui dua titik diagonal
dan pada kedua diagonal yang lain dimana galvanometer ditempalkan seperti yang
diperlihatkan pada jembatan wheatstone.
Menurut Lister 1993, Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum
digunakan untuk pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 Ω. Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3,
dimana tahanan tersebut merupakan tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti
dan dapat diatur. Jika konduktor pengalir arus ditempatkan dalam medan magnet
dihasilkan gaya pada konduktor yang cenderung menggerakkan konduktor itu dalam
arah tegak lurus medan. Prinsip ini digunakan dalam instrument pendeteksi arus.
Instrument pendeteksi arus yang peka disebut galvanometer.
Jembatan
Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada
1833 dan meningkat dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun
1843. Dalam umumnya Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh
ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya
relative kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/
kortsluiting dan sebagainya. Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R)
yag merupakan segiempat A-B-C-D dalam hal mana rangkaian ini dihubungkan dengan
sumber tegangan dan sebuah galvanometer nol (0). Kalau tahanan-tahanan itu
diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer itu tidak akan mengadakan suatu
hubungan antara keempat tahanan tersebut. Jembatan Wheatstone merupakan suatu
susunan rangkaian listrik untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui
harganya (besarannya). Kegunaan dari Jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur
nilai suatu hambatan dengan cara arus yang mengalir pada galvanometer sama
dengan nol (karena potensial ujung-ujungnya sama besar). Sehingga dapat
dirumuskan dengan perkalian silang. Cara kerjanya adalah sirkuit listrik dalam
empat tahanan dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui dua titik diagonal
dan pada kedua diagonal yang lain dimana galvanometer ditempalkan seperti yang
diperlihatkan pada jembatan wheatstone.
Metode Jembatan Wheatstone adalah susunan komponen-komponen elektronika yang berupa resistor dan catu daya seperti tampak pada gambar berikut:
Metode Jembatan Wheatstone adalah susunan komponen-komponen elektronika yang berupa resistor dan catu daya seperti tampak pada gambar berikut:
Hasil
kali antara hambatan hambatan berhadapan yang satu akan sama dengan hasil kai
hambatan hambatan berhadapan lainnya jika beda potensial antara c dan d
bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan dengan
menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan listrik suatu
penghantar merupakan karakteristik dari suatu bahan penghantar tersebut yang
mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk mengalirkan arus listrik, yang
secara matematis dapat dituliskan:
R = p.
(L/A)
Dimana:
R :
Hambatan listrik suatu penghantar (Ω)
ρ : Resitivitas atau hambatan jenis
(Ω. m)
L :
Panjang penghantar (m)
A : Luas
penghantar ( m²)
B.
Hukum dasar rangkaian listrik
yang berhubungan dengan jembatan wheatstone
1.
Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu
arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah
sebanding-larus dengan tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung
penghantar tadi”.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon
Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan
dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit
Investigated Mathematically pada tahun 1827.
Hukum
Ohm :
o
Tegangan dinyatakan dengan nilai volt,
disimbolkan E dan V.
o
Arus dinyatakan dengan Ampere,
disimbolkan I
o
Hambatan dinyatakan dengan Ohm,
disimbolkan R.
Jika luas penampang A yang
diperhatikan cukup kecil dan tegak lurus kearah J (misalnya panjang konduktor
besar sekali dibanding dengan luas penampangnya), maka J dapat dianggap sama
pada seluruh bagian penampang hingga I = J . A maka untuk beda potensial
berlaku ΔV
= ∫E . dl dan juga integrasi diambil sepanjang suatu garis gaya
ΔV = ∫E . dl
Terlihat bahwa faKtor yang berupa integrasi hanya tergantung dari konduktornya dan merupakan sifat khusus konduktornya dan biasa disebut sebagai tahanan (R) atau resistansinya. Dapat dituliskan V = I .
Rumus
Hukum Ohm
Secara
matematis, hukum Ohm ini dituliskan
V = I.R
atau I = V / R
Dimana:
I
= arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere)
V
= tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt)
R
= hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm)
2.
Hukum Kirchoff I
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert
Kichoff (1824-1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian
bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi
“Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat
arus yang keluar dari titik percabangan.”
Jumlah I masuk = I keluar
3. Hukum
Kirchoff II
Hukum Kirchoff II berbunyi, “Dalam
rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama
dengan nol.”
Maksud dari jumlah penurunan potensial
sama dengan nol adalah tidak adanya energi listrik yang hilang dalam rangkaian
tersebut atau dalam arti semua energi bisa digunakan atau diserap.
C. Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone
Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone, yaitu:
1.
Hubungan antara resitivitas dan
hambatan, yang berarti setiap penghantar memiliki besar hambatan tertentu. Dan
juga menentukan hambatan sebagai fungsi dari perubahan suhu.
2.
Hukum Ohm yang menjelaskan tentang
hubungan antara hambatan, tegangan dan arus listrik. Yang mana besar arus yang
mengalir pada galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan.
3.
Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang mana
sesuai dari hukum ini menjelaskan jembatan dalam keadaan seimbang karena besar
arus pada ke-2 ujung galvanometer sama besar sehingga saling meniadakan
D.
Aplikasi Jembatan Wheatstone
Salah
satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji berupa beton
atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu semacam pita yang
terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda uji berdasarkan
perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge ini
direkatkan kuat pada benda uji sehingga deformasi pada benda uji akan sama
dengan deformasi pada strain gauge. Seperti kita ketahui, jika suatu material
ditarik atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari material tersebut
sesuai dengan sifat2 elastisitas benda. Perubahan dimensi pada penghantar akan
menyebabkan perubahan hambatan listrik, ingat persamaan R = ρ.L/A.
Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya, sehingga untuk mendapatkan hasil
eksaknya harus dimasukkan kedalam rangkaian jembatan Wheatstone. Rangkaian
listrik beserta jembatan Wheatstonenya sudah ada di dalam strain gauge.
E. Kelebihan Jembatan Wheatstone
Dapat
mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar.
Contoh aplikasi : strain gauge, yang digunakan untuk mengukur regangan material (baja atau beton) didasarkan pada perubahan kecil penghantar yang berdeformasi akibat gaya eksperimen. Perubahan kecil dimensi penampang dihitung dari peribahan hambatan pada rangkaian jembatan wheatstone yang dihubungkan sensor ke alat pencatat data logger untuk setiap transducer.
Contoh aplikasi : strain gauge, yang digunakan untuk mengukur regangan material (baja atau beton) didasarkan pada perubahan kecil penghantar yang berdeformasi akibat gaya eksperimen. Perubahan kecil dimensi penampang dihitung dari peribahan hambatan pada rangkaian jembatan wheatstone yang dihubungkan sensor ke alat pencatat data logger untuk setiap transducer.
F. Kesalahan
Pada Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone dipakai
secara luas pada pengukuran presisi tahanan dari sekitar 1Ω sampai rangkuman
mega ohm rendah. Sumber kesalahan utama terletak pada kesalahan batas dari
ketiga tahanan yang diketahui. Kesalahan-kesalahan lain bisa mencakup:
1.
Sensitivitas detektor nol yang tidak
cukup
2.
Perubahan tahanan lengan-lengan
jembatan karena efek pemanasan arus melalui tahanan-tahanan tersebut. Efek
pemanasan (I2R) dari arus-arus lengan jembatan dapat mengubah
tahanan yang diukur. Kenaikan temperatur bukan hanya mempengaruhi tahanan
selama pegukuran yang sebenarnya, tetapi arus yang berlebihan dapat
mengakibatkan perubahan yang permanen bagi nilai tahanan. Hal ini tidak boleh
terjadi, karena pengukuran-pengukuran selanjutnya akan menjadi salah karena itu
disipasi daya dalam lengan-lengan jembatan harus dihitung sebelumnya sehingga
arus dapat dibatasi pada nilai yang aman.
3.
GGL termal
dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer dapat juga mengakibatkan
masalah sewaktu mengukur tahanan-tahanan rendah. Untuk mencegah ggl termal,
kadang-kadang galvanometer yang lebih sensitif dilengkapi dengan sistem
kumparan tembaga dari sistem suspensi tembaga yakni untuk mencegah pemilikan
logam-logam yang tidak sama yang saling kontak satu sama lain dan untuk
mencegah terjadinya ggl termal.
4.
Kesalahan-kesalahan karena tahanan
kawat sambung dan kontak-kontak luar memegang peranan dalam pengukuran
nilai-nilai tahanan yang sangat rendah.
Untuk
menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas yang diperlukan untuk
mendeteksi kondisi setimbang atau tidak, arus galvanometer perlu ditentukan.
Galvanometer-galvanometer yang berbeda bukan hanya memerlukan arus satu per
satuan defleksi yang berbeda (sensivitas arus), tetapi juga dapat mempunyai
tahanan dalam yang berbeda. Adalah tidak mungkin mengatakan tanpa menghitung
sebelumnya, galvanometer mana yang akan membuat rangkaian jembatan lebih
sensitif terhadap suatu kondisi tidak setimbang. Sensitivitas ini dapat
ditentukan dengan memecahkan “persoalan” rangkaian jembatan pada
ketidaksetimbangan yang kecil. Pendekatan ini didekati dengan mengubah jembatan Wheatstone menjadi
rangkaian Thevenin.
PERCOBAAN
1.
Alat-alat
yang digunakan
o
1 Buah Papan PCB
o
5 Buah Resistor (dengan resistansi
berbeda)
o
Solder
o
Multimeter
2.
Prosedur
Percobaan
1.
Atur rangkaian seperti
gambar:
2.
Lalu hitung nilai Resistansi setiap
Resistor dengan melihat kode warna yang tertera.
3.
Setelah dipilih rangkaian yang kalian
inginkan, rangkailah dengan batas waktu 1 minggu.
4.
Ukurlah Tegangan total pada ujung
rangkaian dengan menggunakan multimeter.
5.
Alirkan arus, lalu ukurlah arusnya
dengan menggunakan multimeter.
6.
Ingatlah, pengukuran arus secara seri.
Pengukuran tegangan secara Paralel
Gambar.
Susunan rangkaian resistor pada papan PCB
PERHITUNGAN
Berdasarkan
percobaan, kode kode warna yang digunakan pada resistor yaitu :
Resistor Pertama ( R1 )
R1 =
Hijau Hitam Emas Emas
R1
= 5 0
10-1 ±5%
= 50
x 10-1 toleransi
±5%
= 5 dengan toleransi ±5%
Resistor Kedua ( R2 )
R2
= Merah Merah Emas Emas
R2 = 2
2
10-1 ±5%
= 22 x
10-1 toleransi ±5%
= 2,2 dengan toleransi ±5%
Resistor Ketiga ( R3 )
R3
= Jingga Jingga Merah Emas
R3
= 3 3
102 ±5%
= 33
x 102 toleransi ±5%
=
3300 dengan toleransi ±5%
Resistor Keempat ( R4 )
R4
= Merah Ungu Emas Emas
R4
= 2 7
10-1 ±5%
= 27
x 10-1 toleransi ±5%
=
2,7 dengan toleransi ±5%
Resistor Kelima ( R5 )
R5
= Kuning Ungu Emas Emas
R5 =
4 7 10-1 ±5%
=
47 x 10-1 toleransi
±5%
=
4,7
= 4,7 dengan toleransi
±5%
Rtotal (teori) = 4,5
Rtotal
(percobaan) = (R1
+ R2 + R3 + R4 + R5 )/5
= (5 + 2,2 + 3300 + 2,7 + 4,7)/5
= (3314,6)/5
= 662,92
Persentase
Kesalahan (%)
= = l(RTeori - RPercobaan)/RPercobaanl
x 100%
=
l(4,5 -
662,92)/662,92l x100%
= 0,99 x 100%
= 99%
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar