Abstrak.
Efek fotolistrik adalah suatu fenomena dimana terjadi lepasnya
electron yang ada dalam suatu logam akibat adanya interaksi dari cahaya.
Elektron yang terlepas tersebut dinamakan fotoelektron. Cahaya yang
digunakan agar dapat mengeluarkan logam harus memiliki frekuensi
tertentu yang sesuai dengan panjang gelombangnya. Batas minimal
frekuensi cahaya yang digunakan untuk mengeluarkan electron dinamakan
frekuensi ambang, sedangkan energy yang mempunyai frekuensi ambang
disebut dengan fungsi kerja.
Dari hasil percobaan diperoleh fungsi kerja
sel foto sebesar ϕ=(0.533878679±0.49070463)10^(-19) J dan nilai
tetapan Planck sebesar h=(2.392230836±0.830797397)x10^(-34) Js sedangkan
pada referensi sebesar 6.626x10^(-34) Js. Besar energy kinetic pada
panjang gelombang 5769.59 Ǻ sebesar 0.442 eV, panjang gelombang
5460.74Ǻ sebesar 0.486 eVdan panjang gelombang 4347.50Ǻ sebesar 0.696
eV
Keywords: efek fotolistrik, konstanta planck, energy kinetik.
Pendahuluan
Pada tahun 1887, Heinrich Hertz melakukan eksperimen untuk membuktikan
gelombang elektromagnetik yang diprediksi oleh Maxwell.
Pada eksperimen
Hertz terdapat fenomena fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan oleh
teori fisika pada saat itu. Pada tahun 1900, P.Lenard melakukan
eksperimen yakni sinar katoda dilewatkan ke sebuah lubang (anoda)
kemudian dilewatkan dalam sebuah medan magnet dan dideteksi perilakunya.
Tahun1905, Einstein mengasumsikan bahwa kuantitas energy yang digunakan
Planck dalam radiasi benda hitam merupakan sifat dasar dari cahaya.
Einstein mengatakan bahwa ketika sebuah logam dikenai suatu cahaya
tertentu, maka elektron dari logam tersebut akan tereksitasi sehingga
lepas dari orbitnya dan membentuk suatu arus listrik. Pengeluaran
elektron dari logam tersebut tidak berlaku untuk sebarang cahaya tetapi
cahaya yang memiliki suatu energi tertentu yang sama dengan energi
ambang dan satu foton daripada cahaya tersebut akan diserap oleh satu
buah elektron saja yang ada pada logam tersebut.
Einstein mengadakan suatu percobaan dimana menggunakan lempeng logam
yang diletakan sebagai anoda dalam tabung dan disinari oleh beberapa
cahaya hingga timbul elektron bebas yang bergerak dari anoda ke katoda
yang kemudian disebut dengan arus elektron atau arus listrik yang
dideteksi dengan multimeter yang dipasang pada peralatan tersebut.
Dasar Teori
Untuk melepaskan elektron diperlukan sejumlah tenaga minimal yang
besarnya bergantung pada jenis/ sifat logam tersebut. Tenaga minimal ini
disebut dengan fungsi kerja dari logam dan dilambangkan oleh ϕ.
Keperluan tenaga tersebut disebabkan elektron terikat oleh logamnya.
Tenaga gelombang elektromagnetik/ foton terkuantisasi besanya adalah :
E_f=hv (1)
Dimana v adalah frekuensi gelombang elektromagnetik dan h adalah tetapan
planck.
Bila dikenakan pada suatu logam dengan fungsi kerja ϕ, dimana hv>ϕ,
maka elektron dapat terlepas dari logam. Bila tenaga foton tepat sama
dengan fungsi kerja logam yang dikenainya, frekuensi sebesar frekuensi
foton tersebut disebut frekuensi ambang dari logam yaitu :
v_o=ϕ/h (2)
Sehingga dapat dikatakan bila frekuensi foton lebih kecil dari pada
frekuensi ambang logam, maka tidak akan terjadi pelepasan elektron dan
jika lebih besar dari frekuensi foton terhadap frrekuensi ambang
logamnya maka akan terjadi pelepasan elektron yang biasa disebut efek
fotolistrik.
Elektron yang terlepas dari logam karena dikenai foton, akibat efek
fotolistrik ini disebut fotoelektron, yang mempunyai tenaga kinetik
sebesar :
E_k=hv-hv_o=h(v-v_o )=hv-ϕ (3)
Sistem peralatan untuk mempelajari efek fotolistrik ditunjukan pada
gambar di atas. Dua elektroda dalam tabung hampa, dimana salah satunya
adalah logam yang disinari (sebuah sel foto). Antara kedua elektroda
diberi beda potensial sebesar Va dengan baterai E1 dan E2, yang nilainya
dapat divariasi dari Va = - E1 sampai dengan V2 = + E2 dengan suatu
potensiometer. Arus fotoelektron (Ie) dapat diukur dengan mikrometer
atau galvanometer.
Untuk suatu nilai v > vo dengan intensitas tertentu, dapat diamati Ie
sebagai fungsi ve. Ie akan mencapai nol bila Va diturunkan mencapai
suatu nilai tertentu, Va = Vs (tegangan penghenti / Stopping Voltage)
yang memenuhi persamaan :
V_S=h/e v-ϕ/e (4)
Persamaan diatas menunjukan bahwa Vs merupakan fungsi v, sehingga
pengukuran Vs untuk berbagai nilai v memungkinkan untuk menentukan nilai
h/e dan ϕ/e.
Metode
Pada percobaan ini akan digunakan beberapa macam peralatan yaitu sebagai
berikut ini :
Sel foto, lampu sumber cahaya dan Sumber dayanya serta diafragma,
multimeter dan galvanometer yang terangkum didalam peralatan Planck
Constant Measuring, Ogawa Seiki Ltd. Jepang.
Filter Cahaya yang telah diketahui beberapa nilai panjang gelombangnya
Filter Cahaya dari Plastik mika dengan warna yang berbeda yaitu Biru,
Hijau dan Kuning
Pada percobaan kali ini, dapat ditentukan tetapan planck dari hasil
eksperimen dan kemudian menentukan nilai teapan planck dan tenaga
kinetik maksimum dari efek fotolistrik atau gejala fotoelektron.
Untuk
memenuhi tujuan dari percobaan tersebut maka dapat digunakan prosedur
percobaan sebagai berikut :
Menyiapkan semua peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan
daripada eksperimen ini, dimana menyiapkan peralatan Planck Constant
Measuring dan melihat fungsi dari masing – masing tombol hingga
percobaan dapat berjalan dengan lancar.
Sumber cahaya dinyalakan dan mengatur intensitas lampu.
Mengatur galvanometer dan voltmeter menunjuk angka nol ketika sebelum
dan setelah menggunakan cahaya dengan menggunakan filter hitam (
kalibrasi alat ).
Lubang penutup dibuka sehingga cahaya bisa masuk ke photo cell kemudian
mengatur galvanometer sehingga menunjuk angka nol, pada saat ini
tegangan yang ditunjukkan multimeter dicatat.
Kemudian mengulangi langkah ke 4 dengan mengganti filter yang lain
berpanjang gelombang λ=5769.59 Ǻ , λ=5460.74 Ǻ dan λ=4347.50 Ǻ.
Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk intensitas yang berbeda
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Data Pengamatan
(Ǻ) (Hz) Intensitas Vs (Volt) (Volt)
5769.59
5.1926〖x10〗^14 I 0.35
0.4000
I I 0.40
I I I 0.40
IV 0.45
5460.74
5.4901〖x10〗^14 I 0.50
0.5375
I I 0.50
I I I 0.55
IV 0.60
4347.50
6.8959〖x10〗^14 I 0.65
0.6875
I I 0.65
I I I 0.70
IV 0.75
Hasil Analisis dan Pembahasan
Efek fotolistrik adalah suatu fenomena dimana terjadi lepasnya electron
yang ada dalam suatu logam akibat adanya interaksi dari cahaya.
Eksperimen ini harus dilakukan dadalam ruang hampa, agar electron tidak
kehilangan energinya karena bertumbukan dengan molekul udara. Laju
pancaran electron diukur sebagai arus listrik pada rangkaian luar dengan
menggunakan sebuah amperemeter, sedangkan energy kinetiknya dapat
ditentukan dengan menggunakan suatu potensial penghenti pada anoda
sehingga electron tidak memiliki energy yang cukup untuk memanjati bukit
potensial yang terpasang. Teganngan yang terpasang ini disebut dengan
potensial penghenti Vs. Karena electron yang bernergi tinggi tidak dapat
melewati potensial penghenti ini, maka pengukuran Vs merupakan suatu
cara yang digunakan untuk menentukan energy kinetic maksimum electron.
Agar terjadi efek fotolistrik, cahaya yang digunakan agar dapat
mengeluarkan elektron dari suatu logam tidak bisa digunakan sembarang
cahaya, tetapi dibutuhkan suatu cahaya dengan panjang gelombang
tertentu sehingga tentunya frekuensi yang dimiliki juga akan tertentu
sesuai dengan panjang gelombangnya. Untuk mendapatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu maka digunakan filter yang dapat meloloskan
cahaya sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan. Dalam percobaan
ini menggunakan tiga buah filter dengan panjang gelombang λ=5769.59 Ǻ,
λ=5460.74 Ǻ dan λ=4347.50 Ǻ.
Pengaruh penggunaan intensitas yang berbeda terhadap gejala efek
fotolistrik dengan filter yang sama adalah perubahan arus yang
berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ketika intensitas yang
digunakan terlalu rendah maka tidak ada electron yang diemisikan ke
permukaan logam. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang
terlepas dari permukaan (disebut sebagai fotoelektron). Apabila tegangan
(Vs) diperkecil, arus ikut mengecil dan jika tegangan terus diperkecil
sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai
tertentu (-Vs), layar menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus
listrik yang mengalir atau tidak ada elektron yang keluar dari permukaan
logam. Potensial Vs ini disebut potensial henti.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik elektron-foto
berdasarkan percobaan yang dilakukan yaitu intensitas cahaya tidak
bergantung pada energi kinetik fotoelektrontetapi hanya bergantung
pada panjang gelombang.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan, diperoleh energi kinetik maksimum
elektron untuk tiap panjang gelombang yang diketahui yaitu pada 5769,59 Ǻ
memiliki energi kinetik 0.442 eV dan pada panjang gelombang 5460,74 Ǻ
diperoleh energi kinetik maksimum elektron 0.486 eV serta untuk panjang
gelombang 4347,50 Ǻ maka energi kinetik maksimumnya adalah 0.696 eV.
Sedangkan untuk fungsi kerja logamnya diperoleh sebesar 0.33 eV dan
untuk tetapan planck yang diperoleh secara eksperimen adalah
(2.392230836±0.830797397)x10^(-34) Js dan memberikan kesalahan 65.27%
dari tetapan planck literatur.
Berdasarkan hasil tersebut, semakin rendah panjang gelombang cahaya yang
mengenai suatu permukaan logam, maka energi kinetik maksimum elektron
akan meningkat dan untuk sebaliknya jika semakin tinggi panjang
gelombang cahaya yang mengenai suatu permukaan logam, maka energi
kinetik maksimum elektron akan menurun. Kemudian untuk memberikan efek
fotoelektron pada logam tersebut dibutuhkan cahaya dengan energi lebih
besar dari 0.33 eV dan besarnya 65.27% kesalahan untuk tetapan planck
dikarenakan alat percobaan yang kondisinya kurang bagus maupun
ketidaktelitian praktikan dalam pengambilan data.
Kesimpulan
Dengan percobaan efek fotolistrik dapat ditentukan fungsi kerja sel
foto, nilai tetapan Planck dan energy kinetic maksimum fotoelektron.
Berdasarkan analisis data didapatkan fungsi kerja sel foto sebesar 0.33
eV dan tetapan Planck sebesar (2.392230836±0.830797397)x10^(-34) Js
sedangkan pada literature 6.626x10^(-34) Js , sehingga prosentase besar
kesalahan ukur adalah 65.27%
Referensi:
Beiser, Arthur., 1987, Komsep Fisika Modern, 4nd ed, Erlangga Jakarta.
Krane, Kenneth. S, 1982. Fisika Modern, Terjemahan : Hans. J. Wospakrik
dan Sofia Nikhsolihin, Jakarta : Penerbit UI.
Zaidan, A., 2009, Pengantar Fisika Modern, tidak dipublikasikan.
About Me
- Dilayolanda
kak dapet buku Konsep Fisika Moderen Sir Arthur Beiser dari mana ya?
BalasHapus