PROTEIN
I.
Tujuan Percobaan
Menentukan
kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode formal
II. Tinjauan
Pustaka
Protein adalah senyawa organic yang
banyak dijumpai kalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon,
hydrogen dan nitrogen dan umumnya juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar
antara 6000 hingga jutaan. Satu molekul protein terdiri dari rantai panjang
polipeptida. Polipeptida ini berasal dari asam. Asam amino yang salaing
berikatan dengan urutan yang khas. Ikantan teratur yang berurutan ini dinamakan
struktur primer protein. Polipeptida dapat melipat atau menggulung yang
menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Struktur tersier asam amino berbentuk
tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini. Struktur
kuartener muncul polipeptida yang terlibat. Pemanasan dengan suhu diatas 500C
atau pemberian asam basah kuat akan membuat protein kehilangan struktur
tersiernya yang khas. Hal ini juga dapat menimbulkan koagulat yang tak larut
(misalnya patih telur). Proses ini dapat membuat sifat hayatinya menjadi tidak
aktif (Tanti, 2009)
Struktur sekunder protein adalah
struktur tiga dimensi local dari berbagai rangkaian asam amino pada protein
yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktruk sekunder
misalnya alpha helix berupa pilihan rantai asam amino berbentuk seperti spiral
Beta-sheet berupa lembaran lembar lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam
amino yang saling terikat melallui ikatan hydrogen atau ikatan Beta turn dan
Gamma turn (Gunawan, 2010)
Ikatan asam amino ialah ikatan
peptide maka struktur ikatan peptide yang urutannya diketahui untuk mengetahui
jenis jumlah dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang
terdiri dari beberapa tahap yaitu penentuan jumlah rantai polipeptida yang
berdiri sendiri, pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut. Pemecahan
masing-masing rantai polipeptida dan analisis urutan asam amino pada rantai
polipeptida (Gunawan, 2010).
Protein merupakan suatu senyawa
polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh
ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang lainnya. Sifat dari berbagai
macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya, disamping itu
juga dipengaruhi oleh rantai samping dari masing-masing asam amino (Tim Dosen
Biokimia, 2011).
Protein tidak larut dalam pelarut
organic tetapi akan mengendap apabila kedalam larutannya ditambahkan Na2SO4
atau NaCl juga alcohol dan aseton. Senyawa ini juga cenderung mengalami
perubahan bentuk yang dinyatakan dengan denaturasi protein. Perubahan tersebut
terjadi disebabkan karena molekul protein peka terhadap senyawa-senyawa
tertentu maupun panas sehingga konfirmasi molekul menjadi berubah (Tim Dosen
Biokimia, 2011).
Kandungan protein dalam sampel dapat
ditentukan dengan berbagai metode. Setiap metode memiliki tingkat ketelitian yang
berbeda. Dalam hal ini kandungan protein
biasanya disetarakan dengan jumlah atom H (Tim Dosen Biokimia, 2011).
III. Metodologi
3.1. Alat
dan Bahan
-
Alat
1. Erlenmeyer 100 ml
2. Pipet tetes
3. Buret 25 ml
4. Gelas kimia 100 ml
5. Gelas ukur 10 ml
6. Corong
7. Klem dan statif
-
Bahan
1. Putih telur 6. K-Oksalat jenuh
2. Air tahu 7. Indikator PP 1%
3. Susu 8. Larutan NaOH 0,1 N
4. Formal dehid
5. Aqades
3.2. Prosedur
Kerja
1. Mengambil 10 ml larutan sampel
kedalam Erlenmeyer 100 ml, menambahkan 20 ml air dan 0,4 larutan K- Oksalat
jenuh. Serta 1 ml indicator PP, mendiamkan selama 2 menit.
2. Mentitrasi sampel denan NaOH 0,1 N
sampai berwarna pink
3. Menambahkan 2 ml larutan formaldehid
40% lalu lanjutkan titrasi sampai berbentuk larutan lanjutan.
4. Mencatat volume NaOH yang terpakai
5. Melakukan pekerjaan yang sama menggunakan
larutan blanko
6. Menghitung % N dalam sampel menggunakan rumus
%N= ml
NaOH X N X 14,008Berat sampel X 10
IV. Hasil
Pengamatan
No
|
Sampel
|
NaOH
|
1
2
3
4
|
Susu
Air tahu
Putih telur
Blanko
|
71,5 ml
19,5 ml
13,5 ml
2 ml
|
V. Analisa
Data
Rumus menghitung %N
%N = mlNaOHXNX
14,008BeratsampelX
10
5.1. Susu
%N = 71,5
ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr X10ml/l
= 100,1100
= 1,00%
5.2. Air
tahu
%N = 19,5
ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr X10ml/l
= 0,27 %
5.3. Putih
telur
%N = 13,5 ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr
X10ml/l
= 0,189 %
5.4. Blanko
%N = 2
ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr X10ml/l
= 0,028 %
VI. Pembahasan
Protein merupakan senyawa polimer
yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan langsung oleh
ikatan peptide antara asam amimo satu dengan asam amino lainnya. Protein
merupakan komponen yang sangat penting dalam proses metabolime darah. Protein
terdapat dalam banyak makanan pokok yang sering dikonsumsi sehari-hari seperti
ikan, susu, kacang kedelai dan lain-lain. Metode titrasi formol merupakan
metode yang digunakan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu sampel atau
bahan.
Pada perlakuan pertama yaitu
mengambil ke tiga sampel yang ada dimasukkan kedalam Erlenmeyer masing-masing
10 ml, kemudian ditambahkan aqaddest. Tujuan dari penambahan ini adalah untuk
menghidrolisis protein dalam sampel menjadi asam amino. Setelah itu sampel
ditambahkan dengan K-Oksalat jenuh yang bertujuan merusak konfirmasi protein
pada sampel sehingga protein mudah terhidrolisis. Dimana pada saat penambahan
K-Oksalat jenuh, pada tiap masing-masing sampel tidak ada suatu perubahan yang
terjadi. Setelah itu sampel ditambahkan indicator PP, tujuannya untuk memberikan
perubahan warna pada sampel saat dititrasi dengan NaOH. Sebelum dititrasi pada
sampel dilakukan pengocokan., tujuannya adalah untuk homogenosis sehingga semua
larutan dalam sampel tercampur sempurna, dan kemudian didiamkan selama 2 menit.
Pendiaman larutan ini berfungsi untuk agar larutan yang memiliki protein
benar-benar terhidrolisis.
Selanjutnya ketiga sampel tersebut
dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna pada sampel. Tujuan
dari titrasi yaitu menetralkan gugus-gugus karboksilat yang terdapat pada asam
amino, yang setara dengan banyaknya protein dalam sampel. Titik akhir titrasi
ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada sampel. Setelah titrasi yang
pertama telah selesai ditambahkan dengan larutan formaldehid 40%, dimana tujuan
dari penambahan ini adalah untuk memblokade gugus amino (NH2 ) dari
asam-asam amimo sehingga yang bereaksi dengan NaOH adalah gugus karboksil.
Dimana pada saat penambahan formal dehid warna pink yang dihasilkan
berangsur-angsur hilang, warna kembali seperti semula. Sampel tersebut kembali
dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna pink pada sampel.
Berdasarkan hasil analisa pada sampel
dan berdasarkan analisa data ditemukan
bahwa %N yang diperoleh pada masing-masing sampel yaitu air susu %N sebanyak
1,00 %, air tahu %N sebanyak 0,27 %, putih telur %N sebanyak 0,189 % dan blanko
%N sebanyak 0,028 %. Dari nilai%N yang diketahui sampel yang memiliki %N yang
paling tinggi adalah air susu. Jika dibandingkan dengan literatur dimana menyatakan
kandungan protein %N yang tinggi
terdapat pada putih telur 14,82 %
kemudian air tahu 1,62 %, susu 3,27%, dan blanko 0,043%. Hasil percobaan
yang diperoleh berbeda dengan literature hal ini disebabkan kurangnya
ketelitian dalam melakukan percobaan serta dipengaruhi oleh tingkat kekurangan
metode titrasi formol dalam menentukan kadar protein dalam sampel, kurang
akurat, serta jumlah takaran yang digunakan terbatas sehingga %N yang
didapatkan tidak sesuai dengan literatur.
VII.Penutup
7.1.Kesimpulan
1.
Protein merupakan senyawa polimer
yang disusun atas monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan
peptide antara asam amino satu dengan yang lainnya.
2.
Prinsip titrasi formal adalah metode
analisis cara penentuan protein dengan cara titrasi formal untuk menghirolisis
protein dalam sampel dengan menggunakan aquades di ubah menjadi asam amino yang
setara dengan banyaknya protein,memblokade gugus amino(NH2), dan
asam amino,sehingga hanya terdapat gugus karboksil yang bereaksi dengan Na OH
pada penggunaan formaldehid 45%.
3.
%N yang di dapatkan masing-masing
sampel adalah pada air susu 1%, air tahu 0,27%, dan putih telur 0,189%.
7.2.Saran
Agar alat-alat didalam laboratorium
lebih agar kegiatan praktikum berjalan lancar dan mendapatkan hasil pengamatan
sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. 2010. Asam Amino. Terhubung berkala (http://www.scribd.com/doc/
12936574/ Asam-Amino-Non-Esensial) diakses 20 Oktober 2011
Tanti.
2009. Protein. Terhubung berkala (http://id.shvoong.com/exact
sciences/
biology/1902571-Protein) diakses 21 Oktober 2011
Tim
Dosen Biokimia. 2011. Penuntun Praktikum
Biokimia. Universitas Tadulako, Palu
Protein
Kata Kunci: asam amino,
gugus karboksilat, senyawa organik,
senyawa protein
Ditulis oleh Zulfikar
pada 21-11-2010
Protein merupakan komponen utama
dalam sel hidup yang memegang peranan penting dalam proses kehidupan. Protein
berperan dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein
dalam bentuk enzim beperan sebagai katalis dalam bermacam-macam proses
biokimia. Sebagai alat transport, yaitu protein hemoglobin mengikat dan
mengangkut oksigen dalam bentuk (Hb-O) ke seluruh bagian tubuh.
Protein juga berfungsi sebagai
pelindung, seperti antibodi yang terbentuk jika tubuh kemasukan zat asing,
serta sebagai sistem kendali dalam bentuk hormon,
Protein pembangun misalnya
glikoprotein terdapat dalam dinding sel, keratin yang terdapat pada kulit, kuku
dan rambut. Sebagai komponen penyimpanan dalam biji-bijian. Protein juga merupakan
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang
tidak mampu membentuk asam amino.
Dalam tinjauan kimia protein adalah
senyawa organik yang kompleks berbobot molekul tinggi berupa polimer dengan
monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur serta Posfor. Untuk
pembahasan protein kita kaji terlebih dahulu monomer penyusun protein yaitu
asam amino.
Asam amino adalah senyawa organik
yang memiliki gugus fungsional karboksilat (COOH) dan amina (NH2) yang terikat
pada satu atom karbon (Cɲ) yang sama, atom ini juga umumnya merupakan C
asimetris. Secara rinci struktur asam amino dibangun oleh sebuah atom C yang
mengikat empat gugus yaitu; gugus amina (NH2), gugus karboksilat (COOH), atom
hidrogen (H), dan satu gugus sisa R. Gugus ini yang membedakan satu asam amino
dengan asam amino lainnya, coba perhatikan Gambar 14.19.
![gambar 14.19](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg)
Gambar 14.19. Molekul asam amino,
gugus penyusun serta bentuk ionnya
Gugus karboksilat menyebabkan asam
amino bersifat asam gugus amina bersifat basa. Dalam larutan, asam amino
bersifat amfoter, sebagai asam pada media basa dan menjadi basa pada suasana
asam. Hal ini dikarenakan protonasi, gugus amina menjadi –[NH3+] dan gugus karboksilat
menjadi ion –[COO-], sehingga asam amino memiliki dua muatan dan disebut dengan
zwitter-ion (Bagan 14.20).
![gambar 14.20](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Gambar 14.20. Molekul Asam amino
sebagai asam dan sebagai basa
Keberadaan C asimetrik menjadi pusat
kiral dan molekul asam amino memiliki isomer optik yang umumnya diberi notasi
dextro (D) dan levo (L), ingat pembahasan isomer optik pada karbohidrat,
struktur kedua isomer dapat ditunjukan oleh alanin, perhatikan Gambar 14.21.
![gambar 14.21](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.jpg)
Gambar 14.21 Isomer optik asam amino
dari senyawa alanin
Penggolongan Asam amino didasari
pada sifat dan struktur gugus sisa (R), seperti gugus R yang bersifat asam,
basa, gugus R yang mengandung belerang atau hidroksil, R sebagai senyawa
aromatik, alifatik dan yang siklik. Namun penggolongan yang umum dipergunakan
adalah sifat polaritas dari gugus R.
- Asam amino dengan R yang bersifat non polar. Gugus R dalam golongan asam amino merupakan senyawa hidrokarbon, dengan karakteristik hidrofobik. Golongan ini terdiri dari lima senyawa asam amino yang memilliki gugus R alifatik yaitu alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin, sedangkan gugus R yang mempunyai struktur aromatik meliputi fenil alanin dan triptopan, serta satu molekul yang mengandung belerang yaitu methionin. Golongan ini memiliki struktur seperti pada Bagan 14.22.
- Asam amino dengan R polar tapi tidak bermuatan, asam amino ini bersifat polar, dan hidrofilik atau lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam amino jenis pertama. Golongan ini memiliki gugus fungsional yang membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Beberapa asam amino yang masuk dalam golongan ini adalah; glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin dan glutamin. Senyawa dalam kelompok ini ditampilkan oleh Bagan 14.23.
- Asam amino dengan gugus R yang bermuatan negatif, kelompok ini hanya terdiri dari dua asam amino yang memiliki gugus bermuatan total negatif, yaitu asam aspartat dan asam glutamat. Kedua molekul ini memiliki gugus tambahan yang bermuatan negatif yaitu gugus karboksilat. Asam amino ini disajakan pada Bagan 14.24, pada halaman berikut.
- Asam amino dengan gugus R bermuatan positif. Lisin merupakan asam amino yang masuk dalam golongan ini, akan memiliki muatan total positif pada pH 14. Sedangkan arginin mengandung gugus guanidine yang bermuatan positif dan histidin mengandung gugus imidazol yang sedikit mengion. Kelompok asam amino ini memiliki struktur seperti pada Gambar 14.25.
![gambar 14.22](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Bagan 14.22. Asam amino dengan gugus
R non-polar
![gambar 14.23](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.jpg)
Bagan 14.23. Gugus R asam amino yang
bersifat polar
![gambar 14.24](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
Bagan 14.24. Asam amino dengan gugus
R yang bermuatan total negatif
![gambar 14.25](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.jpg)
Gambar 14.25. Asam amino dengan
gugus R yang bermuatan total positif
Dalam tubuh manusia terdapat
beberapa asam amino yang tidak disintesa dalam tubuh yaitu asam amino esensial.
Kebutuhan akan asam amino ini di dapat dari makanan. Ada sepuluh macam amino
esensial yaitu Arginin, (Arg), Histidin (His), Isoleusin (Ile), Leusin (Leu),
Lisin (Lys), Methionin (Met), Phenilalanin (Phe), Threonin (Thr), Triptofan
(Trp) dan Valin (Val).
Asam amino esensial dapat diperoleh
dari makanan seperti telur, daging, susu. Hampir seluruh protein tersedia dalam
susu, beberapa biji-bijian dan sayuran mengandung protein yang tidak lengkap,
mengkombinasikan makanan sangat baik, dalam Tabel 14.3, terdapat beberapa
sumber protein yang dapat dijadikan rujukan.
Tabel 14.3. Kandungan asam amino
esensial dalam sumber makanan
![tabel 14.3](file:///C:\Users\A\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.jpg)
Kata
Pencarian Artikel ini:
0 komentar:
Posting Komentar