Laporan Kimia : Protein

| Minggu, 28 Juni 2015


PROTEIN

I.         Tujuan Percobaan
Menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode formal

II.      Tinjauan Pustaka
          Protein adalah senyawa organic yang banyak dijumpai kalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hydrogen dan nitrogen dan umumnya juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar antara 6000 hingga jutaan. Satu molekul protein terdiri dari rantai panjang polipeptida. Polipeptida ini berasal dari asam. Asam amino yang salaing berikatan dengan urutan yang khas. Ikantan teratur yang berurutan ini dinamakan struktur primer protein. Polipeptida dapat melipat atau menggulung yang menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Struktur tersier asam amino berbentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini. Struktur kuartener muncul polipeptida yang terlibat. Pemanasan dengan suhu diatas 500C atau pemberian asam basah kuat akan membuat protein kehilangan struktur tersiernya yang khas. Hal ini juga dapat menimbulkan koagulat yang tak larut (misalnya patih telur). Proses ini dapat membuat sifat hayatinya menjadi tidak aktif (Tanti, 2009)
           Struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi local dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktruk sekunder misalnya alpha helix berupa pilihan rantai asam amino berbentuk seperti spiral Beta-sheet berupa lembaran lembar lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melallui ikatan hydrogen atau ikatan Beta turn dan Gamma turn (Gunawan, 2010)
          Ikatan asam amino ialah ikatan peptide maka struktur ikatan peptide yang urutannya diketahui untuk mengetahui jenis jumlah dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri, pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida dan analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida (Gunawan, 2010).
          Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang lainnya. Sifat dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya, disamping itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dari masing-masing asam amino (Tim Dosen Biokimia, 2011).
          Protein tidak larut dalam pelarut organic tetapi akan mengendap apabila kedalam larutannya ditambahkan Na2SO4 atau NaCl juga alcohol dan aseton. Senyawa ini juga cenderung mengalami perubahan bentuk yang dinyatakan dengan denaturasi protein. Perubahan tersebut terjadi disebabkan karena molekul protein peka terhadap senyawa-senyawa tertentu maupun panas sehingga konfirmasi molekul menjadi berubah (Tim Dosen Biokimia, 2011).
         Kandungan protein dalam sampel dapat ditentukan dengan berbagai metode. Setiap metode memiliki tingkat ketelitian yang berbeda. Dalam hal ini kandungan  protein biasanya disetarakan dengan jumlah atom H (Tim Dosen Biokimia, 2011).

III.   Metodologi
3.1.   Alat dan Bahan
-          Alat
1.      Erlenmeyer 100 ml
2.      Pipet tetes
3.      Buret 25 ml
4.      Gelas kimia 100 ml
5.      Gelas ukur 10 ml
6.      Corong
7.      Klem dan statif

-          Bahan
1.      Putih telur                   6.                              K-Oksalat jenuh
2.      Air tahu                       7.                             Indikator PP 1%
3.      Susu                             8.   Larutan NaOH 0,1 N
4.      Formal dehid
5.      Aqades

3.2.   Prosedur Kerja
1.      Mengambil 10 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 100 ml, menambahkan 20 ml air dan 0,4 larutan K- Oksalat jenuh. Serta 1 ml indicator PP, mendiamkan selama 2 menit.
2.      Mentitrasi sampel denan NaOH 0,1 N sampai berwarna pink
3.      Menambahkan 2 ml larutan formaldehid 40% lalu lanjutkan titrasi sampai berbentuk larutan lanjutan.
4.      Mencatat volume NaOH yang terpakai
5.      Melakukan pekerjaan yang sama menggunakan larutan blanko
6.      Menghitung  % N dalam sampel menggunakan rumus
%N= ml NaOH X N X 14,008Berat sampel X 10

IV.   Hasil Pengamatan
No
Sampel
NaOH
1
2
3
4
Susu
Air tahu
Putih telur
Blanko
71,5 ml
19,5 ml
13,5 ml
2 ml

V.      Analisa Data
Rumus menghitung %N
%N = mlNaOHXNX 14,008BeratsampelX 10
5.1.   Susu
%N = 71,5 ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr X10ml/l
       = 100,1100
         = 1,00%
5.2.   Air tahu
%N = 19,5 ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr X10ml/l
= 0,27 %
5.3.   Putih telur
                %N = 13,5 ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr X10ml/l
         = 0,189 %
5.4.   Blanko
              %N = 2 ml X 0,1 ml/l X 14,008 gr/ml10 gr X10ml/l
       = 0,028 %

VI.   Pembahasan
Protein merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptide antara asam amimo satu dengan asam amino lainnya. Protein merupakan komponen yang sangat penting dalam proses metabolime darah. Protein terdapat dalam banyak makanan pokok yang sering dikonsumsi sehari-hari seperti ikan, susu, kacang kedelai dan lain-lain. Metode titrasi formol merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu sampel atau bahan.
          Pada perlakuan pertama yaitu mengambil ke tiga sampel yang ada dimasukkan kedalam Erlenmeyer masing-masing 10 ml, kemudian ditambahkan aqaddest. Tujuan dari penambahan ini adalah untuk menghidrolisis protein dalam sampel menjadi asam amino. Setelah itu sampel ditambahkan dengan K-Oksalat jenuh yang bertujuan merusak konfirmasi protein pada sampel sehingga protein mudah terhidrolisis. Dimana pada saat penambahan K-Oksalat jenuh, pada tiap masing-masing sampel tidak ada suatu perubahan yang terjadi. Setelah itu sampel ditambahkan indicator PP, tujuannya untuk memberikan perubahan warna pada sampel saat dititrasi dengan NaOH. Sebelum dititrasi pada sampel dilakukan pengocokan., tujuannya adalah untuk homogenosis sehingga semua larutan dalam sampel tercampur sempurna, dan kemudian didiamkan selama 2 menit. Pendiaman larutan ini berfungsi untuk agar larutan yang memiliki protein benar-benar terhidrolisis.
          Selanjutnya ketiga sampel tersebut dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna pada sampel. Tujuan dari titrasi yaitu menetralkan gugus-gugus karboksilat yang terdapat pada asam amino, yang setara dengan banyaknya protein dalam sampel. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada sampel. Setelah titrasi yang pertama telah selesai ditambahkan dengan larutan formaldehid 40%, dimana tujuan dari penambahan ini adalah untuk memblokade gugus amino (NH2 ) dari asam-asam amimo sehingga yang bereaksi dengan NaOH adalah gugus karboksil. Dimana pada saat penambahan formal dehid warna pink yang dihasilkan berangsur-angsur hilang, warna kembali seperti semula. Sampel tersebut kembali dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna pink pada sampel.
          Berdasarkan hasil analisa pada sampel dan berdasarkan  analisa data ditemukan bahwa %N yang diperoleh pada masing-masing sampel yaitu air susu %N sebanyak 1,00 %, air tahu %N sebanyak 0,27 %, putih telur %N sebanyak 0,189 % dan blanko %N sebanyak 0,028 %. Dari nilai%N yang diketahui sampel yang memiliki %N yang paling tinggi adalah air susu. Jika dibandingkan dengan literatur dimana menyatakan kandungan protein %N yang  tinggi terdapat pada putih telur 14,82 %  kemudian air tahu 1,62 %, susu 3,27%, dan blanko 0,043%. Hasil percobaan yang diperoleh berbeda dengan literature hal ini disebabkan kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan serta dipengaruhi oleh tingkat kekurangan metode titrasi formol dalam menentukan kadar protein dalam sampel, kurang akurat, serta jumlah takaran yang digunakan terbatas sehingga %N yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur.

VII.Penutup
7.1.Kesimpulan
1.        Protein merupakan senyawa polimer yang disusun atas monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptide antara asam amino satu dengan yang lainnya.
2.        Prinsip titrasi formal adalah metode analisis cara penentuan protein dengan cara titrasi formal untuk menghirolisis protein dalam sampel dengan menggunakan aquades di ubah menjadi asam amino yang setara dengan banyaknya protein,memblokade gugus amino(NH2), dan asam amino,sehingga hanya terdapat gugus karboksil yang bereaksi dengan Na OH pada penggunaan formaldehid 45%.
3.        %N yang di dapatkan masing-masing sampel adalah pada air susu 1%, air tahu 0,27%, dan putih telur 0,189%.

7.2.Saran
Agar alat-alat didalam laboratorium lebih agar kegiatan praktikum berjalan lancar dan mendapatkan hasil pengamatan sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. 2010. Asam Amino. Terhubung berkala (http://www.scribd.com/doc/ 12936574/ Asam-Amino-Non-Esensial) diakses 20 Oktober 2011
Tanti. 2009. Protein. Terhubung berkala (http://id.shvoong.com/exact sciences/ biology/1902571-Protein) diakses 21 Oktober 2011
Tim Dosen Biokimia. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Universitas Tadulako, Palu


Protein
Ditulis oleh Zulfikar pada 21-11-2010
Protein merupakan komponen utama dalam sel hidup yang memegang peranan penting dalam proses kehidupan. Protein berperan dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein dalam bentuk enzim beperan sebagai katalis dalam bermacam-macam proses biokimia. Sebagai alat transport, yaitu protein hemoglobin mengikat dan mengangkut oksigen dalam bentuk (Hb-O) ke seluruh bagian tubuh.
Protein juga berfungsi sebagai pelindung, seperti antibodi yang terbentuk jika tubuh kemasukan zat asing, serta sebagai sistem kendali dalam bentuk hormon,
Protein pembangun misalnya glikoprotein terdapat dalam dinding sel, keratin yang terdapat pada kulit, kuku dan rambut. Sebagai komponen penyimpanan dalam biji-bijian. Protein juga merupakan sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino.
Dalam tinjauan kimia protein adalah senyawa organik yang kompleks berbobot molekul tinggi berupa polimer dengan monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur serta Posfor. Untuk pembahasan protein kita kaji terlebih dahulu monomer penyusun protein yaitu asam amino.
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksilat (COOH) dan amina (NH2) yang terikat pada satu atom karbon (Cɲ) yang sama, atom ini juga umumnya merupakan C asimetris. Secara rinci struktur asam amino dibangun oleh sebuah atom C yang mengikat empat gugus yaitu; gugus amina (NH2), gugus karboksilat (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa R. Gugus ini yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya, coba perhatikan Gambar 14.19.
gambar 14.19
Gambar 14.19. Molekul asam amino, gugus penyusun serta bentuk ionnya
Gugus karboksilat menyebabkan asam amino bersifat asam gugus amina bersifat basa. Dalam larutan, asam amino bersifat amfoter, sebagai asam pada media basa dan menjadi basa pada suasana asam. Hal ini dikarenakan protonasi, gugus amina menjadi –[NH3+] dan gugus karboksilat menjadi ion –[COO-], sehingga asam amino memiliki dua muatan dan disebut dengan zwitter-ion (Bagan 14.20).
gambar 14.20
Gambar 14.20. Molekul Asam amino sebagai asam dan sebagai basa
Keberadaan C asimetrik menjadi pusat kiral dan molekul asam amino memiliki isomer optik yang umumnya diberi notasi dextro (D) dan levo (L), ingat pembahasan isomer optik pada karbohidrat, struktur kedua isomer dapat ditunjukan oleh alanin, perhatikan Gambar 14.21.
gambar 14.21
Gambar 14.21 Isomer optik asam amino dari senyawa alanin
Penggolongan Asam amino didasari pada sifat dan struktur gugus sisa (R), seperti gugus R yang bersifat asam, basa, gugus R yang mengandung belerang atau hidroksil, R sebagai senyawa aromatik, alifatik dan yang siklik. Namun penggolongan yang umum dipergunakan adalah sifat polaritas dari gugus R.
  1. Asam amino dengan R yang bersifat non polar. Gugus R dalam golongan asam amino merupakan senyawa hidrokarbon, dengan karakteristik hidrofobik. Golongan ini terdiri dari lima senyawa asam amino yang memilliki gugus R alifatik yaitu alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin, sedangkan gugus R yang mempunyai struktur aromatik meliputi fenil alanin dan triptopan, serta satu molekul yang mengandung belerang yaitu methionin. Golongan ini memiliki struktur seperti pada Bagan 14.22.
  2. Asam amino dengan R polar tapi tidak bermuatan, asam amino ini bersifat polar, dan hidrofilik atau lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam amino jenis pertama. Golongan ini memiliki gugus fungsional yang membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Beberapa asam amino yang masuk dalam golongan ini adalah; glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin dan glutamin. Senyawa dalam kelompok ini ditampilkan oleh Bagan 14.23.
  3. Asam amino dengan gugus R yang bermuatan negatif, kelompok ini hanya terdiri dari dua asam amino yang memiliki gugus bermuatan total negatif, yaitu asam aspartat dan asam glutamat. Kedua molekul ini memiliki gugus tambahan yang bermuatan negatif yaitu gugus karboksilat. Asam amino ini disajakan pada Bagan 14.24, pada halaman berikut.
  4. Asam amino dengan gugus R bermuatan positif. Lisin merupakan asam amino yang masuk dalam golongan ini, akan memiliki muatan total positif pada pH 14. Sedangkan arginin mengandung gugus guanidine yang bermuatan positif dan histidin mengandung gugus imidazol yang sedikit mengion. Kelompok asam amino ini memiliki struktur seperti pada Gambar 14.25.
gambar 14.22
Bagan 14.22. Asam amino dengan gugus R non-polar
gambar 14.23
Bagan 14.23. Gugus R asam amino yang bersifat polar
gambar 14.24
Bagan 14.24. Asam amino dengan gugus R yang bermuatan total negatif
gambar 14.25
Gambar 14.25. Asam amino dengan gugus R yang bermuatan total positif
Dalam tubuh manusia terdapat beberapa asam amino yang tidak disintesa dalam tubuh yaitu asam amino esensial. Kebutuhan akan asam amino ini di dapat dari makanan. Ada sepuluh macam amino esensial yaitu Arginin, (Arg), Histidin (His), Isoleusin (Ile), Leusin (Leu), Lisin (Lys), Methionin (Met), Phenilalanin (Phe), Threonin (Thr), Triptofan (Trp) dan Valin (Val).
Asam amino esensial dapat diperoleh dari makanan seperti telur, daging, susu. Hampir seluruh protein tersedia dalam susu, beberapa biji-bijian dan sayuran mengandung protein yang tidak lengkap, mengkombinasikan makanan sangat baik, dalam Tabel 14.3, terdapat beberapa sumber protein yang dapat dijadikan rujukan.
Tabel 14.3. Kandungan asam amino esensial dalam sumber makanan
tabel 14.3
Kata Pencarian Artikel ini:

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev

About Me

Followers

▲Top▲