Kehidupan di luar Bumi bisa dilakukan dengan berbagai
cara, bisa menemukan planet yang layak huni, atau dengan kapal raksasa seperti
yang digambarkan dalam film-film.
Hal ini pernah disampaikan fisikawan era 70-an, Gerard O’Neill. Dia yakin, dengan bantuan NASA dan Stanford University, manusia bisa membuat pesawat untuk hidup di luar Bumi sebagai ‘rumah kedua’.
Hal ini pernah disampaikan fisikawan era 70-an, Gerard O’Neill. Dia yakin, dengan bantuan NASA dan Stanford University, manusia bisa membuat pesawat untuk hidup di luar Bumi sebagai ‘rumah kedua’.
Pemukiman
ini, dalam sejumlah desain, akan dibuat sesuai dengan karakteristik planet Bumi.
Dengan meletakkan silinder raksasa yang berputar di pusat pemukiman, tempat—yang berukuran sebesar kota
ini—diharapkan akan berotasi dan menghasilkan gravitasi buatan. Sehingga
orang-orang bisa hidup layaknya di Bumi. Persis seperi film fiksi Interstellar.
Pada awalnya, pemukiman ini direncanakan 'mengorbit' dekat
dengan Bumi. Dengan solar
cells yang diletakkan di bagian luar lambung kapal, kapasitasnya mampu
menampung ratusan atau ribuan orang. Sebagian wilayahnya dipakai untuk
pertanian.
Sedangkan bagian lainnya dirancang layaknya kota-kota modern, dengan layanan dan fasilitas memadai—termasuk tempat rekreasi dengan zero gravity. Alhasil, para pengunjungnya pun bisa melayang dan bersenang-senang.
Dan, seiring dengan pertumbuhan wisata luar angkasa yang pesat—seperti Space X dan Virgin Galaxy, ide ini semakin nampak mungkin untuk diwujudkan. Paling tidak itu menurut perusahaan properti seperti Lamudi.
“Gagasannya memang terdengar gila, mengingat inilah langkah pertama manusia untuk tinggal di ruang angkasa,” kata Managing Director Lamudi Indonesia, Karan Khetan.
“Seperti halnya kapal-kapal pesiar yang mampu mengantarkan Anda ke berbagai tempat di Bumi, pemukiman ruang angkasa akan mengantarkan manusia pada era yang berbeda,” tambah Karan, dalam keterangan yang diterima CNN Indonesia, Kamis (26/2).
Sementara Al Globus, kontraktor untuk NASA Ames Research Centre di California meyakini bahwa manusia akan menemukan tempat layak huni di luar Bumi kurang dalam 100 tahun ke depan.
“Kita juga telah menyebar ke beraneka tempat, sejauh yang kita bisa. Maka, langkah berikutnya adalah pindah ke ruang angkasa. Kita bisa memiliki pemukiman luar angkasa pertama dalam beberapa dekade lagi, kurang dari satu abad,” katanya.
Sedangkan bagian lainnya dirancang layaknya kota-kota modern, dengan layanan dan fasilitas memadai—termasuk tempat rekreasi dengan zero gravity. Alhasil, para pengunjungnya pun bisa melayang dan bersenang-senang.
Dan, seiring dengan pertumbuhan wisata luar angkasa yang pesat—seperti Space X dan Virgin Galaxy, ide ini semakin nampak mungkin untuk diwujudkan. Paling tidak itu menurut perusahaan properti seperti Lamudi.
“Gagasannya memang terdengar gila, mengingat inilah langkah pertama manusia untuk tinggal di ruang angkasa,” kata Managing Director Lamudi Indonesia, Karan Khetan.
“Seperti halnya kapal-kapal pesiar yang mampu mengantarkan Anda ke berbagai tempat di Bumi, pemukiman ruang angkasa akan mengantarkan manusia pada era yang berbeda,” tambah Karan, dalam keterangan yang diterima CNN Indonesia, Kamis (26/2).
Sementara Al Globus, kontraktor untuk NASA Ames Research Centre di California meyakini bahwa manusia akan menemukan tempat layak huni di luar Bumi kurang dalam 100 tahun ke depan.
“Kita juga telah menyebar ke beraneka tempat, sejauh yang kita bisa. Maka, langkah berikutnya adalah pindah ke ruang angkasa. Kita bisa memiliki pemukiman luar angkasa pertama dalam beberapa dekade lagi, kurang dari satu abad,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar