Disusul kemudian gempa di Garut, Jawa Barat. Lalu lindu susulan di Alor kembali, diikuti gempa di Pandeglang-Jabar, dan Nias Selatan-Sumatera Utara.
Gempa-gempa tersebut terjadi di tengah aktifnya Gunung Barujari di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gunung yang juga disebut sebagai Anak Gunung Rinjani itu kembali meletus dan memuntahkan abu vulkanik.
Pagi tadi, letusannya setinggi 1.500 meter dari puncak Gunung Barujari atau 3.800 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Lantas adakah hubungan antara fenomena gempa beruntun dengan aktifnya gunung berapi tersebut?
Ahli gempa yang pernah menjabat sebagai Kasi Informasi Gempa Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Suharjono menjelaskan, peristiwa gempa dan meletusnya gunung berapi ini merupakan hal wajar. Kedua aktivitas bumi itu terjadi akibat pertemuan lempeng.
Namun, kata dia, baik gempa dan letusan gunung berapi itu tak saling mempengaruhi atau pun memberi dampak.
"Baik gempa maupun gunung berapi terjadi akibat aktivitas pergerakan lempeng. Tapi bukan gempa berdampak pada gunung. Gunung (meletus) dan gempa lebih disebabkan oleh pertemuan lempeng," jelas Suharjono kepadaLiputan6.com di Jakarta, Rabu (4/11/2015).
"Ini konsekuensi logis pertemuan lempeng. Bukan hal yang aneh," imbuh dia.
Dia menuturkan, di mana ada pertemuan lempeng, di situ ada sumber gempa dan titik-titik gunung berapi. Dan lempeng ini akan selalu bergerak selama Bumi berputar.
Dengan kata lain, gempa dan aktifnya gunung berapi akan selalu ada tanpa bisa dicegah. "Selama Bumi berputar, di dalam Bumi ada arus konveksi, sehingga lempengan di Bumi bergerak terus," tandas Suharjono.
0 komentar:
Posting Komentar