Badan Litbang Pertanian telah melakukan
beberapa penelitian dan dapat disimpulkan bahwa teknologi nano sangat
dipercaya untuk mendapatkan hasil pertanian yang memuaskan. Teknologi
Nano awalnya hanya digunakan pada kosmetika, tetapi karena penelitian
yang dilakukan oleh badan Litbang pertanian, teknologi ini juga dapat
digunakan dalam bidang pertanian. Teknologi Nano dapat mengembangkan
unsur hara dalam tanah yang berukuran nano dan dapat juga digunakan
untuk pengendalian hama dan penykit tanaman. Teknologi yang bekerja pada
dimensi 10 pangkat minus 9 ini dapat mengembangkan pertanian masa
depan. Dan kenyataannya memang pada zaman sekarang ini diperlukan adanya
teknologi yang mampu mengembangkan mutu pertanian di Indonesia agar
mendapatkan hasil pertanian yang baik dan memuaskan. karena sumber
kehidupan manusia juga bergantung pada kualitas pertanian.
Nanoteknologi merupakan bidang yang
sangat multidisiplin, mulai dari fisika terapan, ilmu material, sains
koloid dan antarmuka, fisika alat, kimia supramolekul, mesin
pengganda-diri dan robotika, teknik kimia, teknik mesin, rekayasa
biologi, teknologi pangan dan tekno elektro. Nanoteknologi
dideskripsikan sebagai ilmu mengenai sistem serta peralatan berproporsi
nanometer. Satu nanometer sama dengan seperjuta milimeter.
Karena ukurannya yang teramat kecil, tren dalam nanoteknologi condong
ke pengembangan sistem dari bawah ke atas (bukan atas ke bawah).
Maksudnya para ilmuwan dan teknisi tidak menggunakan materi berukuran
besar lalu memotongnya kecil-kecil, tapi menggunakan atom serta molekul
sebagai materi blok pembuatan yang fundamental.
Nano teknologi ini, sudah di
aplikasikan dalam bidang teknologi pertanian misalnya dalam
Nano-modifikasi benih dan pupuk / pestisida, teknik pengemasan makanan,
energy ramah lingkungan dan teknik jaringan, Nanoteknologi dapat
membantu untuk mereproduksi atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan
“Tissue engineering” yang menggunakan proliferasi sel secara artifisial
distimulasi dengan menggunakan nanomaterial berbasis perancah yang
sesuai dan faktor pertumbuhan. Teknik jaringan akan menggantikan
pengobatan konvensional saat ini seperti transplantasi organ atau implan
buatan.
Dengan adanya nano teknologi dalam
pertanian akan dapat m eningkatkan produktivitas pertanian, kualitas
produk, penerimaan konsumen dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Akibatnya, ini akan membantu mengurangi biaya pertanian, meningkatkan
nilai produksi dan meningkatkan pendapatan pertanian. Ini juga akan
menyebabkan konservasi dan meningkatkan kualitas sumber daya alam dalam
sistem produksi pertanian. Selain itu nano teknologi juga diaplikasikan
di berbagai bidang seperti kimia dan lingkungan, kedokteran
(nanoteknologi biomedis, nanobiotechnology, dan nanomedicine, Informasi
dan komunikasi (nanoRam), konstruksi, tekstil, optic dll.
Kecanggihan teknologi ini bukan
berarti meniadakan dampak negatif. Salah satu hal yang ditakuti para
ilmuan adalah kemampuan self replicant, sebagai contoh dibuat produk
untuk membasmi virus pada tubuh manusia contohnya kanker namun bila
antivirus ini tidak terkontrol untuk sifat self replicant maka dapat
membahayakan tubuh manusia yang memakainya. Serta hal negative lain yang
mungkin terjadi, contohnya pembuatan bom yang dirancang sedemikian rupa
dengan ukuran superkecil dengan kemampuan daya ledak yang besar.
Diperlukan kesetimbangan intelektual dan moral dalam mengaplikasikan
teknologi ini.
Kolaborasi dari nanobioteknologi dan
nanomaterial mengkaji tentang susunan genetika tanaman serta rekayasa
jaringan untuk menghasilkan varietas tanaman yang kebal terhadap
perubahan iklim. Dari informasi genetik yang diperoleh, nanobioteknologi
mengupayakan untuk menginsersi DNA unggul (DNA yang mempunyai sifat
tahan terhadap perubahan klim) untuk ditanamkan (transplantasi) pada
modus DNA sel tanaman yang akan dijadikan induk. Dalam kajian yang lebih
luas, ternyata nanoteknologi dalam pertanian juga menangani ranah
perunutan penyakit tanaman dan intensifikasi pemupukan. Perunutan
penyakit tanaman dilakukan dengan teknik penyisipan partikel berukuran
nano (sebagai pelacak) ke dalam tubuh tanaman dan dibiarkan menyebar ke
seluruh jaringan untuk mendeteksi lokasi sumber penyakit berada. Setelah
sumber penyakit ditemukan, maka pengobatan akan lebih efektif dan
efisien.
Pupuk Nano Menawarkan Efisiensi dan Penghematan
Teknologi nano bisa membawa manfaat
besar dan mendalam pada sistem pemupukan dan perlindungan tanaman dengan
kepraktisan, ketepatan, efisiensi dan penghematan, makalah diskusi
IFPRI mengungkapkan berdasarkan berbagai hasil penelitian di
mancanegara. Diutarakan, efisiensi penggunaan nitrogen pada sistem
konvensional fertilizer saat ini rendah, kehilangan mencapai sekitar
50-70%. Pupuk nano memiliki peluang untuk mengurangi secara sangat
berarti dampak terhadap energi, ekonomi dan lingkungan dengan cara
mengurangi kehilangan nitrogen oleh perembesan, emisi dan pergabungan
jangka panjang dengan mikroorganisme tanah. Kelemahan ini bisa diatasi
dengan sistem pelepasan pupuk menggunakan teknologi nano.
Sistem pelepasan hara pada teknologi nano memanfaatkan bagian-bagian tanamanberskala nano yang porous yang bisa mengurangi kehilangan nitrogen. Pupuk yangdienkapsulasi dalam partikel nano akan meningkatkan penyerapan hara.
Pada generasi lanjut pupuk nano, pelepasan pupuk bisa dipicu dengan
kondisi lingkungan atau dengan pelepasan pada waktunya. Pelepasan pupuk
dengan lambat dan terkendali berpotensi menambah efisiensi penyerapan
hara. Pupuk nano yang menggunakan bahan alami untuk pelapisan dan
perekatan granula pupuk yang bisa larut memberi keuntungan karena biaya
pembuatannya lebihrendah dibanding pupuk yang bergantung pada bahan
pelapis hasil manufaktur. Pupuk yang dilepas dengan lambat dan
terkendali bisa pula memperbaiki tanah dengan cara mengurangi efek racun
yang terkait dengan aplikasi pupuk secara berlebihan. Pada teknologi
nano yang sedang dikembangkan sekarang, zeolit telah dipergunakan
sebagai pemeran mekanisme pelepasan pupuk.
0 komentar:
Posting Komentar